KOTAMOBAGU, KONTRAS MEDIA-Dinas Kesehatan Kotamobagu mencatat, sebanyak 38 dari 7.365 balita di Kotamobagu, yang dientri dalam aplikasi EPPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), masuk dalam kategori stunting akibat pola asuh yang salah.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kotamobagu, Eryiani Potabuga mengatakan, rata-rata balita usia dua tahun keatas sudah jarang berkunjung ke Posyandu, sehingga tumbuh kembang anak tidak dapat diketahui.
“Selain itu, penyebab stunting adalah penyakit bawaan dari balita tersebut. Namun, lebih didominasi oleh pola asuh yang salah,” kata Eriyani.
Menurutnya, balita dikategorikan stunting karena tinggi badan dan berat badan tidak sesuai dengan usia balita tersebut.
“Stunting Kotamobagu itu dalam arti tidak parah. Cuma ada beberapa anak yang tinggi tidak sesuai umur,” tutur Eriyani.
Ia menuturkan, pihaknya rutin turun ke tengah-tengah masyarakat lebih khusus ibu hamil untuk memberikan pemahaman terkait pola asuh kebutuhan anak. Mulai awal kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
“Sosialisasi penanganan stunting lintas program dan lintas sektor. Ada juga program dari kementerian kesehatan 1000 HPK (Hari pertama kehidupan). Kita kunjungi orang tua yang anaknya masuk kategori stunting. Kita selalu sosialisasikan itu kepada orang tua. Pada saat hamil sampai anak usia dua tahun asupan gizi itu harus cukup. Intinya perilaku pola asuh orang tua terhadap anak,” jelasnya.