Tambang Bukan Hanya Asal Keduk Ambil Emasnya

Cerita Siswa Theodorus Belajar Makna Tanggung Jawab dan Teknologi di Site Bakan JRBM

Kontras.co.id – Kamis pagi 17 April 2025, langit terlihat cerah saat enam siswa kelas XII SMA Katolik Theodorus Kotamobagu, Sulawesi Utara, berdiri di depan gerbang Site Bakan, PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM).

Meski sempat terlihat gugup, rasa penasaran mereka lebih kuat. Hari itu, mereka tak hanya membawa catatan dan kamera, tapi juga semangat untuk benar-benar memahami seperti apa dunia tambang dari dekat.

“Kami ke sini buat bahan karya tulis ilmiah,” kata Andrew Tobo, salah satu dari mereka. “Tapi ternyata, kami malah pulang dengan cara pandang yang baru.”

Mereka datang dengan asumsi tambang itu keras, panas, dan penuh risiko. Tapi apa yang mereka temukan justru sebaliknya.

Dunia pertambangan emas ternyata bukan sekadar menggali dan mengangkut. Ia adalah dunia yang dipenuhi struktur, teknologi tinggi, dan yang terpenting, kesadaran akan keselamatan dan tanggung jawab lingkungan.

“Yang bikin saya paling terkejut, adalah betapa seriusnya mereka soal keselamatan. Di awal sesi, Pak Herry langsung bilang keselamatan adalah harga mati di sini. Dan kita bisa lihat sendiri bagaimana semua pekerja sangat disiplin. Itu benar-benar membuka pikiran,” ujar Alvaro Rumengan, siswa lainnya.

Herry Judianto, dari tim EHS JRBM, memang menjadi pemateri pertama yang mereka temui. Bukan hanya memaparkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Herry juga menanamkan pemahaman bahwa industri ini bukan sembarangan. “Setiap aktivitas punya standar. Bahkan hal kecil pun bisa berdampak besar kalau tidak dikendalikan,” katanya saat itu.

Bagi para siswa, kata-kata itu terasa nyata ketika mereka turun langsung ke lapangan. Dengan didampingi tim JRBM, mereka melihat proses kerja yang teratur, pekerja yang disiplin memakai APD, dan alur kegiatan yang semuanya berjalan sistematis.

Baca juga :  Kepala Dinas Perkim Kotamobagu Terima Penghargaa Kartini Award 2021

“Biasanya kami cuma lihat alat berat di YouTube atau buku. Tapi sekarang kami lihat sendiri. Dan yang menarik, mereka nggak hanya mikir soal produksi, tapi juga bagaimana agar alam tetap terjaga,” ujar Alvaro, diiyakan rekan-rekan siswa dari kelas XII itu.

Di sesi selanjutnya, mereka bertemu Putra Manangin dari Mine Engineering. Di sinilah mereka tersentuh oleh sisi teknologi dari pertambangan. Peta digital, drone untuk pemetaan, pemodelan 3D, semua membuat dunia tambang terlihat sangat maju.

“Saya kira tambang itu pekerjaan manual semua. Tapi ternyata sangat ilmiah. Ada data, simulasi, bahkan analisis risiko. Dunia teknik itu ternyata keren juga ya,” kata rekan Alvaro, Jayden Pontoh sambil tertawa.

Bagi sebagian dari mereka, kunjungan ini adalah titik balik. Dari rasa penasaran, tumbuh minat baru. Dari sekadar tugas sekolah, menjadi keinginan untuk terlibat lebih jauh di masa depan.

“Saya jadi kepikiran kuliah teknik geologi,” ujar Jayden, yang selama ini lebih tertarik pada sains. “Kalau industri tambang bisa begini tertata, kenapa tidak? Siapa tahu, kami bisa jadi bagian dari perubahan.”

Bukan hanya ilmu yang mereka bawa pulang. Tapi juga pengalaman merasakan bagaimana dunia industri bekerja, bagaimana ilmu yang mereka pelajari di kelas diterapkan di lapangan, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan menjadi bagian penting dari pekerjaan.

“Dulu saya pikir, tambang itu merusak alam,” Jayden menambahkan. “Tapi ternyata, ada banyak usaha dan sistem yang dibuat untuk menjaga agar dampaknya bisa diminimalkan. Saya jadi lebih terbuka sekarang.”

Di akhir kunjungan, keenam siswa itu pulang dengan catatan penuh, tapi juga dengan hati yang lebih luas. Mereka tak lagi melihat tambang sebagai sekadar tempat produksi. Mereka melihatnya sebagai ruang belajar, tempat di mana teknologi, manusia, dan alam harus berjalan berdampingan.

Baca juga :  Wali Kota Tatong Bara Ikut Bersih-bersih Sampah dalam World Cleanup Day (WCD) di Kotamobagu

Dan mungkin, di antara mereka, akan lahir satu atau dua tokoh yang suatu hari nanti akan kembali ke tempat ini bukan sebagai pengunjung, tapi sebagai bagian dari perubahan itu sendiri. ***