Terkisah

Duniaku sahaja pada ragamu
Bias pandang menerpa
Paksi berlaju lebih cepat ke ufuk timur
waktu tak menoleh pada sebuah perkara

Andai bumi dapat bicara
Andai langit dapat mewakilkan kata
Andai sungai dapat mendera dengan dasar yang tak dangkal
Andai bulan tak menderang dan menerjal

Denganmu tak terfikir dunia ini
Karnamu ku tenang semua seakan hiasan
Berlari lari menggenggam tawa canda
Karna khayal bagai nyata

Pak, maafkan aku
Rindu laraku membuatku jatuh
Ucapanmu seakan diriku acuh
Pak, dirimu selalu bilang

Tertawalah anakku
Bila kau bersedih jariku akan menyeka air matamu
Berlari lah anakku
Jika kau jatuh tubuh ini siap menggendongmu

Kamu adalah anaku bila besar nanti kamu tetap anak kecil bagiku
Jangan kamu pernah menjadi dewasa untuk prihal hati
Karna bapak tak ingin kamu terluka
Dewasakan dirimu untuk hal berarti
Karna ridho selalu mengiringi

Bapak ingat semua ucapmu?
Betapa rapuh hatiku
Hancur bak kerangka telur terinjak oleh kehidupan
Mengenang kasih dan sayangmu

Setiap ucapmu ada pada rasaku
Setiap tangismu kini ku rasakan
Setiap laraku selalu terfikirkan
Setulus pesanmu kepadaku

Maaf jika ku lupakan
Aku hanya manusia yang terperangkap akan dunia
Tapi aku tetap anak anak yang salah seperti anak mencuri permen dari temannya
Bu aku yakin jika disini air mata ini tidak akan jatuh kepipi

Engkau kan menunggu derai kasih yang selalu ke pinta
Walau kini tak dalam satu dunia
Andaikan kau datang kembali
Melihat diriku ini

Sungguh malu rasaku ku ingin kau tak mengenalku
Jawaban apa yang kuberi ?
Jika semua pesanmu ku langkahi
Adakah cara yang dapat ku temui?

Baca juga :  Refleksi Spasi

Untuk menghapus luka pada diri?
Untuk memulai senyum seperti dulu?
Untukku kembali pada rasa itu?
Pak janji bagai lidah tak bertulang

Kau datang memeberi kasih berjuta kenangan
Kau pergi saat ku tak membekali diri
Pak, ini kah keadilan?
Dunia ini apa?

Meraka menghardikku atau menepaku?
Aku tak paham pak
Disini kutulis cerita tentangmu
Nafas seorang yang tak pernah terjerat dusta

Tekat yang tak koyah oleh masa
Hatimu memancar bagai cahaya
Berjalan dengan penuh cinta
Berjalan menerjang luka

Menempuh tanpa batas rasa
Tak terbesit niangan kata lelah
Air matamu hanya kau rasa sendiri
Demi anakmu yang tahu diri

Andaikan aku mampu putarkan kembali waktu
Jadikan kita paling bahagisa di dunia
Takan ada yang mampu pisahkan kita
Dan terkenang dalam tinta sejarah

Mira Manangin