Berbicaralah dengan bibirmu seirama hatimu,
Agar tidak terbelenggu pada imajinasi semu
Lalu menggelinding bagai bola salju
Membeku membatu di kalbu
Kini sudah terjadi
Kita beramai ramai semai benih benci
Di ladang gersang penuh duri
Lalu kita bangga memanen segala luka
Sambil menghayalkan bidadari surga
Oh..
Kemana hilangnya pohon pohon bijaksana
Yang kita tanam bersama begitu lama
Api benci membakar semuanya
Hingga embun pagi sirna binasa
Mengapa beda menjadi bencana?
Bukankan itu kodrat dari-Nya
Apakah pantas kita menghadap Sang Maha Cinta
Dengan lumuran darah dan air mata duka
Ah.. Aku heran, sedih dan kecewa
Apakah mesti belajar lagi
Tentang cinta yang hakiki
Bukan cinta yang penuh ilusi
Hingga rela mati
Di antara benci
Dan bayang bayang imajinasi
Kotamobagu, 27 Maret 2021