BOLMONG, KONTRAS MEDIA – Wabah malaria di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) menyerang puluhan warga. Bahkan, angka kasus malaria mengalami kenaikan cukup tinggi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmong mencatat, hingga Agustus 2020, telah terjadi 66 kasus malaria.
Masing-masing, satu kasus pada Januari di wilayah Puskesmas Imandi, tiga kasus pada Februari di wilayah puskesmas Mopuya, Werdhi Agung dan Tungoi. Sementara, pada Maret mengalami peningkatan kasus secara drastis yakni 41 kasus, masing-masing satu kasus di wilayah Puskesmas Imandi dan 40 kasus di Puskesmas Doloduo.
Kemudian, sembilan kasus pada April di wilayah Puskesmas Mopuya, Doloduo dan Rumah Sakit Daerah. Ada empat kasus pada Mei di wilayah Puskesmas Doloduo. Sementara tiga kasus pada Juni di wilayah Puskesmas Doloduo dan empat kasus pada Juli di Puskesmas Doloduo, Satu kasus lagi pada Agustus juga dari wilayah kerja Puskesmas Doloduo.
Kendati begitu, Kepala Seksi Pencegahan Penyakit, Dinkes Bolmong, Fundhora Mokodompit memastikan, dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE), dari jumlah kasus tersebut rata-rata impor dari luar daerah.
“Hasil PE dan wawancara oleh petugas kesehatan terhadap pasien, rata-rata mereka baru pulang dari Jayapura, (Papua). Dan saat ini, semua sudah sembuh,” ungkap Fundhora, beberapa waktu lalu, dikutip dari Zonautara.com, media sindikasi kontras.co.id.
Lebih lanjut, Fondhora menuturkan, meningkatnya kasus malaria impor ini lantaran kaitan dengan pandemi covid-19. Banyak warga yang bekerja di luar daerah dipulangkan ke Bolmong lantaran pembatasan sosial.
“Sekitar Maret-April, rata-rata tempat kerja yang ditutup lantaran pandemi covid-19. Sehingga banyak yang pulang. Dan setibanya di bolmong mengalami sakit malaria,” tuturnya.
Di sisi lain, Dinkes Bolmong mengklaim, seluruh wilayah di daerah yang dikenal sebagai lumbung padi Sulawesi Utara itu bebas dari jentik nyamuk malaria.
Seperti juga yang disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Bolmong, Yusuf Detu beberapa waktu lalu. Menurut Yusuf, sejak 2017 hingga 2019, wilayah Kabupaten Bolmong dinyatakan bebas jentik malaria. Pada 2018, terjadi delapan kasus. Begitu juga 2019 terjadi enam kasus.
“Tapi semua itu juga impor dari luar daerah. Untuk Bolmong dipastikan bebas dari jentik nyamuk penyebab malaria. Itu juga disebabkan oleh masyarakat yang sudah terbiasa menerapkan pola hidup sehat. Termasuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang rutin dilakukan,” kata Yusuf.