Kontras.co.id – Melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah terus melibatkan industri dalam negeri.
Kali ini menyoroti tentang penggunaan tray atau tempat makan saat pembagian makanan.
Dijelaskan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, pemerintah sepakat untuk menggunakan tempat makan hasil produk industri lokal.
“Kami sepakat dengan Bappenas dan juga Badan Gizi Nasional untuk bersama-sama melakukan pengawasan, misalnya bikin tray-nya,” ucap Luhut dalam konferensi pers usai bertemu Prabowo di Istana Kepresidenan pada Rabu, 19 Maret 2025.
Luhut menegaskan kalau tempat makan MBG tersebut tidak boleh barang hasil impor.
Ia berharap dapur-dapur MBG menggunakan tempat makan hasil produk dalam negeri.
“Itu (tray) tidak boleh diimpor, suruh bikin lokal karena kita lihat masih ada buatan luar,” imbuhnya.
“Jadi, kita semua harus satu padu untuk melakukan pengawasan,” tambahnya.
Persoalan pengurangan bahan impor untuk pelaksanaan MBG ini juga disampaikan oleh Arief Anshory Yusuf, anggota DEN sekaligus ahli kemiskinan yang turut dalam konferensi pers tersebut.
Ia mewanti-wanti agar tidak ada kebocoran saat melaksanakan program MBG ini.
“Jangan sampai ada kebocoran terkait bahan-bahan (MBG) yang kalau tidak perlu diimpor, nggak usah diimpor,” kata Arief.
Menurutnya, tindakan tersebut bisa menjaga rantai pasok pelaksanaan MBG terjaga.
“Kalau rantai pasoknya betul-betul terjaga, impact-nya betul-betul seperti apa yang diharapkan,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pelaksanaan MBG di bulan Ramadhan tetap berjalan dengan pengemasan makanan yang disesuaikan, yaitu kantong yang akan ditukar oleh siswa keesokan harinya.
“Kantong tersebut harus dikembalikan keesokan harinya untuk ditukar dengan yang baru berisi makanan,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana kepada awak media di Istana Kepresidenan pada 24 Februari 2025 lalu.
“Ini tidak hanya mengurangi sampah, tapi juga melatih kedisiplinan siswa,” terangnya.
***