HIKMAH, KONTRAS MEDIA – Dahulu kala, pada zaman Nabi Muhammad Sallallahu Alaiihi Wasallam (SAW), profesi Jurnalis dipastikan tidak ada. Tetapi ada kisah seorang pemburu berita, namanya, Hudzaifa.
Cerita ini disampaikan oleh Ustad Maulana Umar, usai saya Salat berjamaah dengannya beberapa waktu lalu di sebuah Masjid di Kelurahan Kotabangon, Kotamobagu Timur.
Mulanya saya bertanya pada Ustad, terkait dengan halal dan haramnya pekerjaan seorang Jurnalis.
Dirinya menyampaikan, soal tersebut itu tergantung si Jurnalis itu sendiri.
Artinya, jika pekerjaan baik lantas sengaja dibuat haram oleh siapa yang bekerja, tentu yang salah bukan profesinya, melainkan orang itu sendiri. Sama halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Kemudian beliau melanjutkan tentang riwayat singkat Hudzaifa, bahwa ia adalah seorang pemberani, setiap saat Hudzaifa amat gemar berjalan jauh, demi mencari berita.
Dirinya akan kembali apabila sudah mendapat berita, lalu menyampaikan itu pada Nabi Muhammad. Bahkan, tak sedikit kelompok-kelompok hipokrit yang diketahui oleh Hudzaifa.
Setelah Nabi Muhammad meninggal di usia 63 pada 8 Juni 632 Masehi, Hudzaifa merasa amat sedih dan kehilangan orang yang luarbiasa. Silih berganti hari, kemudian ia bersama Umar Bin Khatab.
Saya setiap hari selalu berusaha, agar bisa membaca 3 atau 4 lembaran Al-Qur’an, sebagai penambah nutrisi dalam iman. Kemudian mendapati Surah ke 96 Al-‘Alaq, tentang “Tulis Baca Adalah Kunci Ilmu Pengetahuan”.
Saya menyimpulkan narasi ini, bahwa profesi Jurnalis atau Wartawan, merupakan pekerjaan yang mulia. Karena, menulis dan membaca, itu yang acap kami lakukan.
Penulis: Zulfikar Mokoginta