KONTRAS.CO.ID – Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas nasional. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan terus berupaya menurunkan angka stunting, terbukti dengan adanya tren penurunan angka stunting setiap tahunnya.
Sebenarnya, stunting itu apa sih? Terus, apa penyebabnya?
Stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini dapat dikenali dari pertumbuhan tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan usianya.
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap status gizi anak yang mengalami stunting antara lain kondisi kesehatan ibu, kondisi kelahiran anak, serta asupan gizi anak yang diberikan melalui ASI maupun makanan pendamping.
Selain itu, faktor-faktor seperti status sosial dan ekonomi keluarga, akses ke layanan kesehatan, sanitasi, akses air bersih, level pendidikan ibu, dan faktor lainnya juga dapat berdampak pada terjadinya stunting.
Lantas, bagaiamana cara mencegah stunting? Apakah ada tipsnya?
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan meningkatkan pemenuhan asupan gizi remaja perempuan, ibu hamil, dan asupan gizi anak setelah kelahiran, khususnya dengan mengonsumsi protein hewani.
Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Ahmad Yani Umar, pada ibu hamil, konsumsi protein hewani dapat mencegah stunting pada janin yang dikandungnya, menurunkan morbiditas maternal dan perinatal, mencegah terjadinya pertumbuhan janin terhambat, serta mencegah terjadinya eklamsia berat. Sedangkan pada anak, protein hewani penting bagi pertumbuhan dan perkembangan karena mengandung asam amino, mineral, dan vitamin yang lengkap.
Untuk mencegah stunting, dapat menerapkan Langkah ABCDE, yaitu:
(A) Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)
Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali, sedangkan konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan)
(B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG.
(C) Cukupi konsumsi protein hewani
Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan 4.
(D) Datang ke Posyandu setiap bulan
Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan.
(E) Eksklusif ASI 6 bulan
ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun