Marak Kasus Keracunan MBG, Kepala BGN Bantah Ada Pengiritan yang Mempengaruhi Kualitas Makanan

Potret relawan SPPG saat menyiapkan menu makanan MBG. (Instagram/badangizinasional.ri)

Kontras.co.id – Beberapa waktu terakhir marak terjadi kasus keracunan makanan dari pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah.

Paling baru adalah terjadinya kasus keracunan MBG di wilayah Kota Bogor.

Total ada 223 orang siswa yang mengalami keracunan, sehingga Wali Kota Bogor menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kasus keracunan itu terjadi antara tanggal pembagian MBG pada 6-9 Mei 2025, di mana pelaksanaannya di bawah SPPG Bina Insani.

Hasil uji lab ditemukan bahwa pada makanan telor ceplok mengandung bakteri E. coli dan tumis toge dan tahu terindikasi Salmonella.

Atas kasus keracunan yang telah terjadi, Kepala BGN menegaskan tidak ada pengiritan dana untuk kualitas makanan.

“Apakah penyebab keracunan karena ada aspek di mana kualitas makanan diirit segala macam, itu nggak ada,” ujar Kepala BGN Dadan Hindayana dalam konferensi pers di gedung Ombudsman, Jakarta Selatan, pada Rabu, 14 Mei 2025.

Dadan mengungkapkan bahwa harga makanan untuk MBG sudah ditetapkan, sehingga tidak berpengaruh pada harga bahan dasarnya di pasar.

“Kami menetapkan at cost untuk bahan baku dan operasional karena kami menjaga kualitas makanan, jadi harga itu baik naik maupun turun, tidak boleh mempengaruhi kualitas makanan,” jelas Dadan.

“Nggak ada gunanya mengirit dari bahan baku karena yang kita tetapkan adalah at cost,” imbuhnya.

Untuk kasus di Kota Bogor, Dadan membeberkan bahwa untuk sementara kegiatan memasak di Bina Insani dihentikan dan dilakukan evaluasi mendasar.
***

Baca juga :  Kominfo Identifikasi 1.387 Isu Hoax Covid-19 dan Vaksin di Medsos