BOLMUT, KONTRAS MEDIA – Malam kedua laillatul qadar saya bukan tanpa sengaja putuskan untuk jalan-jalan, seperti kebanyakan orang di kampung saya, melihat ramai tradisi malam Monunjulo atau malam pasang lampu.
Malam Monunjulo sendiri merupakan tradisi di Kabupaten saya Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pun bergegas menghidupkan motor matic dan mulai berjalan menyusuri setiap tempat yang menjadi titik fokus malam Monunjulo, Boroko Induk dan Boroko Utara.
Tak sadar tempat-tempat tersebut sudah lima kali saya kelilingi. Ya, karena saking antusiasnya saya.
Sebab, perasaan saya seperti kembali ke masa kanak-kanak, bak nostalgia lagi. Malam monunjulo diartikan sebagai penanda akan segera berakhirnya bulan suci Ramadan, biasanya ini dimulai pada malam ganjil 27 Ramadan, atau tiga hari sebelum lebaran Idul Fitri.
Saya pun langsung tancap gas menuju Desa Talaga Tomoagu setelah melihat postingan di Facebook.
Sesampainya di sana, saya pun menelfon lewat messenger kepada salah satu teman yang kebetulan ASN di lingkup Pemda Bolmut.
Ia menjelaskan tradisi malam Monunjulo ini terlaksana berkat antusias dan kerja sama antara pemerintah desa dan para pemuda Desa Talaga Tomoagu terlebih masyarakatnya.
Begitu juga dengan Desa Boroko dan Boroko Utara hal ini terlaksana berkat antusias masyarakat dan pemuda dalam menunaikan ibadah suci Ramadan.
Menikmati indahnya malam Lailatul Qadar di malam Monunjulo di Bolmut jangan lupa pakai masker ya.
Meski di masa pandemi yang tak kunjung reda ini antusiasme masyarakat Bolmut terhadap tradisi Malam Monunjulo tetap terjaga. Nah, bagaimana di tempat kamu asal kamu pasti tradisi monunjulo seperti ini?
Penulis: Rendi Pontoh