KONTRAS.CO.ID – Penjabat Wali Kota Kotamobagu, Asripan Nani, memberikan sambutan penuh makna pada acara dzikir dan doa yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-17 Kotamobagu.
Acara tersebut berlangsung di rumah dinas Bukit Ilongkow pada Minggu, 27 Mei 2024. Turut hadir dalam kegiatan ini adalah unsur Forkopimda, para pimpinan OPD, ASN, dan THL Pemkot Kotamobagu.
Dalam sambutannya, Pjm Wali Kota mengibaratkan usia Kotamobagu dengan usia kaum Milenial.
“Menginjak usia 17 tahun, Kotamobagu diibaratkan seperti remaja yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Pada usia ini, manusia umumnya masih bergantung pada orang tua untuk kebutuhan sehari-hari, seperti uang jajan dan lainnya. Begitu pula dengan Kotamobagu, yang masih dalam proses pertumbuhan dan pembangunan,” ujarnya.
“Usia 17 tahun ini termasuk dalam kategori usia milenial. Pada tahap ini, banyak hal yang harus diisi, mulai dari pendidikan, pembentukan karakter, kematangan, hingga spiritualitas. Acara dzikir dan doa malam ini merupakan bagian dari upaya untuk mengisi kematangan spiritual tersebut,” katanya.
Asripan Nani menegaskan pentingnya lokasi acara, yaitu Bukit Ilongkow, sebagai tempat bersejarah. Ia menyebutkan bahwa jika bangunan di tempat ini bisa berbicara, mereka akan menceritakan banyak hal tentang awal mula Kotamobagu.
“Dua puluh tahun lalu, tempat ini biasa digunakan untuk kegiatan doa, dzikir, bahkan takbir. Di waktu-waktu lain, Bukit Ilongkow menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi mengenai kedaerahan,” ungkapnya.
Bukit Ilongkow bukan hanya sekadar lokasi acara, tetapi juga tempat yang telah banyak berkontribusi dalam mencetak pemimpin di Bolaang Mongondow Raya.
“Oleh karena itu, gedung ini harus dirawat dan dijaga sebagai salah satu aset daerah yang menyimpan banyak sejarah perjalanan Kotamobagu,” pesannya.
Dalam sambutannya, Asripan Nani juga menekankan bahwa warisan spiritual dan sejarah yang ada di Bukit Ilongkow harus terus dijaga dan dilestarikan. Melalui kegiatan seperti dzikir dan doa ini, generasi muda dapat belajar dan memahami pentingnya spiritualitas dalam membangun karakter dan kematangan pribadi serta sosial.
Selain itu, kegiatan seperti ini juga menjadi momen refleksi bagi seluruh elemen masyarakat Kotamobagu untuk bersatu padu dalam membangun daerah. Dengan memanfaatkan warisan sejarah dan spiritual yang ada, Kotamobagu dapat melangkah ke depan dengan lebih percaya diri dan penuh harapan.***