Kontras.co.id – PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM) menanggapi pemberitaan terkait banjir lumpur yang melanda sejumlah wilayah di Kecamatan Lolayan. General Manager Eksternal Relation and Security PT JRBM, Andreas Saragih, menjelaskan bahwa dugaan lumpur berasal dari aktivitas pertambangan perusahaan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Sejak awal, kami melakukan pemantauan lingkungan, termasuk kualitas air sungai, bersama tim independen dari PPLH Universitas Sam Ratulangi dan laboratorium bereputasi. Hasilnya menunjukkan konsentrasi pH maupun kandungan logam seperti tembaga (Cu) di Sungai Tapagale dan Sungai Bolaang masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah,” ungkap Andreas.

Dari hasil pemantauan rutin terlihat bahwa kualitas air memenuhi acuan peraturan yang tercantum dalam dokumen AMDAL. “Artinya, kondisi sungai di sekitar area operasional JRBM sesuai standar. Jadi, tidak benar kualitas air menurun akibat lumpur yang terbawa banjir dari aktivitas tambang JRBM,” tegasnya.
Ia menambahkan, banjir yang terjadi lebih banyak dipicu oleh intensitas hujan ekstrem. “Fenomena alam ini berada di luar kendali manusia. Meski demikian, kami tetap berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi,” ujarnya.
Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Main Ridge di area PT JRBM, tercatat curah hujan harian di area Sungai Bolaang pada bulan Februari hingga Juli 2025 kurang dari 66 mm/hari, dan curah hujan bulanan kurang dari 500 mm/bulan, yang masih tergolong hujan sedang hingga lebat. Namun, memasuki bulan Agustus 2025, curah hujan harian meningkat drastis, mencapai 112 mm/hari pada 12 Agustus 2025, saat terjadi banjir, dengan curah hujan bulanan yang melebihi 500 mm/bulan. Kondisi ini dikategorikan sebagai hujan sangat lebat dan sangat tinggi, mengacu pada klasifikasi BMKG.
Memperhatikan data tersebut, terlihat bahwa pemicu utama banjir adalah tingginya curah hujan akibat akumulasi air di wilayah Bolaang Mongondow, terutama di kecamatan rawan banjir seperti Lolayan, Passi, dan sekitarnya. Hujan lebat yang turun secara beruntun, disertai petir dan angin kencang, menyebabkan sungai meluap dan merendam permukiman serta lahan pertanian warga.
BMKG sebelumnya juga telah mengingatkan adanya potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir pada pertengahan hingga akhir Agustus. Peringatan tersebut terbukti, di mana puncak hujan lebat bertepatan dengan kejadian banjir di beberapa desa di Bolaang Mongondow Raya, termasuk di Kecamatan Pinolosian Timur dan Pinolosian Tengah, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel).
Tim gabungan dari Dinas Lingkungan Hidup, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Perdagangan dan ESDM, Dinas PUPR, serta Dinas Penanaman Modal, bersama aparat pemerintah lainnya, telah melakukan verifikasi lapangan pada 13 dan 22 Agustus 2025. Hasilnya menemukan sekitar 60 tenda PETI dan 20 penambang aktif di hulu Sungai Bolaang. Material buangan tambang liar di sepanjang aliran sungai, bekas longsoran, hingga puluhan sepeda motor juga terlihat di lokasi. *